Indonesia berduka, beberapa musibah berturut turut dialami oleh Negri ini. Setelah kejadian tanah longor di Wasior Papua, kemudian terjadi tsunami di kepulauan Mentawai dan Merapipun mengeluarkan lahar dan debu panasnya. Semuanya menelan korban yang tidak sedikit.
Mungkin inilah cara tuhan menguji kita sebagai bangsa, bagaimana kita akan bersikap ketika orang lain menghadapi mengalami musibah. Mungkin Tuhan ingin tahu apakah kita masih layak disebut manusia.
Sungguh bangga dan besar hati ini melihat bagaimana bangsa ini langsung bertindak sesuai dengan kemampuan dan ikhlas membantu korban. Ketika terjadi gelombang pengungi, bantuan segera diupayakan oleh segenap masyarakat. Yang punya mobil membantu evakuasi, yang punya rumah tak keberatan untuk dijadikan pos pengungsi sementara. Tidak ketinggalan beberapa elemen masyarakat menggalang bantuan nasi bungkus untuk para korban.
Sebuah bantuan yang kelihatannya kecil bagi kita yg hidup normal tapi sangat besar artinya bagi para korban. Saya juga mendapatkan kabar bahwa ada yang membatalkan pesta pernikahannya dan mengubah catering yang sedianya untuk makan “mewah” beberapa ratus orang menjadi nasi bungkus yang bisa mungkin bisa untuk makan beberapa ribu korban bencana. Mereka tetap menikah, dengan sangat sederhana.
Semuanya bersama sama bergotong royong meringkankan beban saudara kita yang kena musibah, bahkan melalui social media, di twitter misalnya beberapa orang yang memiliki follower ribuan orang tak henti-hentinya menyerukan penggalangan bantuan untuk para korban, baik itu uang cash, obat tetes mata, masker, pakaian layak pakai dll. bahkan ada yang berangkat langsung menjadi relawan untuk terjun membantu
Tak perlu menunggu perintah, tak perlu menggantungkan satu sama lain, yang bisa bertindak langsung bertindak, merekalah pahlawan dan pemimpin sesungguhnya. Sungguh senang rasanya nilai nilai luhur yang diajarkan oleh nenek moyang kita tdk luntur karena kemajuan zaman.
Tentang kelakuan minus beberapa wakil rakyat dan yang memiliki pangkat “pemimpin” tak usahlah dibahas, mungkin juga ini cara Tuhan menunjukkan jati diri mereka.
Saya ingin menutup posting ini dengan twitnya pak Goenawan Moehamad yang bercerita tentang bencana, semoga kita tidak mudah menghakimi para korban dengan menuduhnya berbuat dosa.
Selamat pagi, meskipun pagi tak sepenuhnya selamat di sekitar Merapi.
1. Sementara itu, ada kabar dari jauh yg berkaitan dgn ledakan gunung api: kemarin sebuah bangunan berumur 2000 tahun ambruk di Pompeii.
2. Kota Pompeii adalah korban bersejarah dari ledakan Gunung Vesuvius di tahun 79. Ribuan manusia terkubur abu volkanik setebal 6 meter.
3. Tapi abu itu punya dampak lain: bisa mengawetkan bangunan2 kota tua itu — termasuk bordil dgn gambar2 dindingnya yang erotik.
4. Yg ambruk kemarin adalah “Scola Armaturarum Juventis Pompeiini”, tempat yg dulu dipakai buat latihan gladiator sebelum bertanding.
5. Yg anggap Pompeii kena bencana karena moral di sana rusak lupa bhw di seluruh Roma zaman itu perilaku mirip. Tapi yg lain tak apa-apa.
6. Seperti bencana alam lain, tak ada penjelasan yg bisa dihubungkan dgn moralitas manusia. Tak semua orang Pompeii berdosa, apalagi anak2.
7. Kita hrs mengakui, tak ada penjelasan yg pasti ttg bencana alam, spt halnya ttg kematian & kesengsaraan anak dan orang tak berdosa.
8. Dlm kuliah A. Setyo Wibowo ttg pemikiran Albert Camus kemarin sore di Salihara, tak adanya alasan itu adalah tanda absurditas kehidupan
9. Yg penting bukanlah kejelasan sebab musabab bencana. Yg penting adalah berada di sisi mereka yg sengsara, jadi korban atau teraniaya.
10. Yg juga penting: bertindak agar tak lebih banyak korban. Seraya tahu, bencana (ledakan gunung, gempa bumi) tak akan berhenti.
11. Dlm National Geographic Magazine Januari 2008 Pres. SBY dikutip: “Meskipun saya menyembelih 1000 kambing, bencana tak akan berhenti.”
12. Kita memang hidup dlm kondisi alam volkanik yg unik, spt dijelaskan @ND_nir (dia sastrawan, tapi juga geolog) kemarin. Apa mau dikata.
13. Dlm majalah itu diceritakan seorang politikus ex-aktor, Arif Kusno, yg percaya dirinya titisan Bung Karno, bikin upacara di Merapi..
14. Ia sembelih 9 kambing, lalu bersama rekan2-nya menari berputar-putar. “Setelah ini”, kata Kusno, “Merapi tak akan meletus”. Dia salah.
15. Gempa bumi + bahaya gunung berapi tak akan berhenti. Saya ingat satu poster dari Bali: “Indonesia, Dangerously Beautiful”.
16. National Geographic: “Geography has dealt Indonesia a wild card: Nowhere else do so many live so close to so many active volcanoes”.
16. Kita punya 129 gunung berapi, menurut majalah itu. Di Jawa saja: 30. Selama ratusan tahun mereka membawa bencana dan tanah subur.
17. Dampaknya bisa tak terduga. 1815, G. Tambora di Sumbawa meledak dahsyat. Abunya mencapai Eropa hingga musim panas seakan-akan hilang
18. Di tahun 1816, Eropa (dan Amerika Utara) mengalami “Tahun Tanpa Musim Panas”. Suhu rata2 global turun dan panen di sana gagal.
19. Ledakan Tambora 1815 itu terbesar sejak ledakan Hatape di tahun 180. Diduga gara2 Tambora di Sumbawa Napoleon gagal berperang…
20. Ledakan Krakatau 1883 lebih terkenal, krn film Holywood tentang itu. Meskipun dulu ada versi lama yg konyol” “Krakatoa, East of Java”.
21. Ada lagi yg berteori bhw perubahan langit akibat ledakan Krakatau mengilhami pelukis Norwegia termashur, Munch, dlm melukis “Jerit”.
22. Dlm lukisan yg terkenal (dan pernah dicuri) itu Munch menggambarkan langit merah ungu. Latar belakang yg seram dr wajah yg ketakutan.
23. Jika mau berpikir positif, lebih baik Indonesia dikenal krn ledakan gunung berapinya, ketimbang karena korupsinya….
24. Meskipun orang Amerika ttp bodoh dlm mengenal peta dunia. Dulu dibilang Krakatau di Jawa Timur, kini CNN bilang Merapi di Sumatra..
25. Saya akan berhenti di sini, sambil meneruskan kabar: keadaan Magelang dan Muntilan mencemaskan. Tolong ditengok. Terimakasih
Note: Logo pray for Indonesianya keren.. mohon maaf saya tidak tahu siapa yang membuatnya