Consumer Purchase Decision Making

Ada banyak model untuk menggambarkan bagaimana perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Yang sering dipakai adalah A.I.D.A model dimana kita menganggap bahwa konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian akan melalui tahap Awareness – Interest – Desire dan baru kemudian Action (purchase). Seperti dalam bagan dibawah ini.

Model ini dibuat oleh E. St Elmo Lewis di tahun 1898, karena mudah dipahami dan juga masuk akal, model ini (dan variasinya) menjadi acuan dan dipakai dimana mana. Bahkan perusahaan risetpun memakainya untuk mengukur brand health.

Tentu saja kenyataanya konsumen purchase decision tidaklah se-sederhana itu banyak hal yang akan mempengaruhi dari awareness sampai dengan action seperti yang di buat oleh Forrester dibawah ini.

Forester Consumer Purchase Funel

Dan baru baru ini Mckinsey pun membuat model yang baru tentang consumer purchase decision making, McKinsey menganggap bahwa model diatas sudah agak usang karena Konsumen sekarang di bombardir dengan informasi, sehingga konsumen lebih selective dalam memiliha inofmrasi yang akan mereka gunakan.

Dengan melakukan ribuan focus group di berbagai negara, mereka mendapatkan bahwa diperlukan sebuah “triger” dari konsumen untuk konsumen memilih informasi yang diperlukan.  Modelnya spiral seperti dibawah ini.

Melihat model2 diatas, mungkin cara kita berkomunikasi dengan teriak sekencang kencangnya di TV saja tidaklah cukup, bagaimana dengan their friends recomender, Peer review, trigger yang dibutuhkan konsumen.

More than ever, the marketer now need to be very close with potential consumers,  komunikasi melalui komunitas perlu di dipertimbangkan dengan serious

SES-Socio Economic Status Indonesia

Ternyata banyak sekali dari pengunjung mengetahui blog ini dengan search “SES Indonesia”, sayangnya post saya yang dahulu sudah terhapus, dan saya mendapatkan email dari beberapa mahasiswa untuk mendapatkan kembali SES definition tersebut. Berikut ini saya mencoba menuliskan kembali tentang SES.

SES sebenarnya adalah cara untuk mengklasifikasikan konsumen berdasarkan kemampuan ekonomi ataupun status sosialnya. Ada banyak cara untuk melakukan penggolongan ini, masing-masing negara memiliki cara yang berbeda, bahkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain bisa memiliki pandangan yang tidak sama tentang cara pengukuran SES ini.

Dinegara yang maju, untuk mengukur SES terdiri dari beberapa variable: misalnya Income, Education, occupation, dan mungkin kekayaan dari sebuah rumah tangga tersebut. Tetapi di beberapa Negara termasuk Indonesia, SES diukur dengan menggunakan satu variable saja.

Di Indonesia, yang mengadakan pengukuran SES ini salah satunya adalah Nielsen (Roy Morgan juga melakukannya). Mereka melalui beberapa pertimbangan, menggunakan monthly household expenses untuk mengukur SES ini.

Pengambilan data untuk SES ini dilakukan di 10 kota besar, dan hasil definisi SES 2010 adalah sebagai berikut

  • SES A: 3.000.000 +
  • SES B: 2.000.000 – 3.000.000
  • SES C1: 1.500.000 – 2.000.000
  • SES C2: 1000.000 – 1.500.000
  • SES D: 700.000 – 1000.000
  • SES E : < 700.000

Geek only:

  • Selain mengumpulkan data tentang monthly housesold expenses, Nielsen juga melakukan pengumpulan banyak sekali data, diantaranya occupation, Income, education dan lain lain, dimana variable2 ini nantinya diguanakan untuk membuat test validitas yang diperlukan
  • Monthly H/H Expenditure adalah belanja rutin bulanan termasuk diantaranya: air, listrik, telepon, uang sekolah, bensin dll. Tidak termasuk :pembelian / cicilan big ticket item (rumah, mobil, arisan), baju,  entertainment ( nonton, makan diluar, clubbing) dll.
  • Mungkin anda merasa bahwa definisi diatas terlalu kecil atau sebaliknya, perlu diingat bahwa definisi tersebut diambil dari 10 kota besar (ada kota yang skew ke SES atas, ada juga kota yg skew ke SES bawah). Bila anda menginginkan kelas atas sekali, mungkin anda harus menambah variable lain misalnya SES A pemilik kartu kredit Gold.

Mengapa Jakarta Macet?

Penjualan Mobil S/d Sept 2010

“Tiada hari tanpa macet” itu mungkin itu motto yang tepat menggambarkan tentang kota Jakarta saat ini, tiap hari kita membaca di twitter banyak yang mengeluh “Jakarta macet…!” atau teriak / memaki #macetfoke.. ! tapi kenapa sampai sekarang, meskipun dihujat di maki dan di teriaki tentang kemacetan di Ibukota, hampir tidak ada solusi yang significant dari pemerintah.

Bagaimana dengan kita sendiri? Mari kita lihat apa andil kita dalam kemacetan Jakarta.

  • Nafsu kita untuk membeli Mobil memang luar biasa, tahun ini pembelian mobil baru naik sekitar 65% dibanding tahun lalu… 65%..!!! ini diluar mobil yang sudah berkeliaran di jalan. Sepeda motor penjualannya naik 33%… Bagaimana Jakarta bisa “keep-up” dengan penambahan mobil sebanyak ini…
  • Ada ketimpangan yang serius antara penduduk Jakarta di siang dan malam hari. Dari sebuah studi yang pernah saya baca, pada malam hari penduduk DKI Jakarta sekitar 9.5 juta orang (sensus 2010)… tetapi ketika siang hari penduduk Jakarta meningkat 1.5 kali lipatnya. Bayangkan hanya dalam waktu hitungan Jam (jam 06.00 -10.00),  hampir seluruh penduduk singapura migrasi ke Jakarta.
  • Banjir penyebab kemacetan parah! Apa yang kita lakukan untuk mencegah banjir, apakah sungai / got kita bersih dari sampah? Apakah kita membuat biopori di halaman masing masing? Apakah kita menyedot air tanah untuk keperluan sehari hari kita, sehingga ketinggian tanah di Jakarta turun dan menjadi kubangan besar. Kalau kita sendiri tidak disiplin, mau bikin kali banjir kanal berapapun juga tidak akan berhasil. .
  • Apakah kita mau bergabung dengan yang lain untuk berangkat bersama? kalau saya lihat mobil kita (termasuk saya) jarang yang berisi lebih dari dua orang padahal mobilnya pada 7 seater.
  • Maukah kita membangun bisnis di luar Jakarta? Sepertinya kebanyakan dari kita membangun bisinis di dalam kota karena memang fasilitasnya sudah banyak dan dekat dengan birokrasi. meskipun bisnis kita mengurangi pengangguran, tetapi kita juga menyebabkan bertambahnya penduduk Jakarta.
  • Dll dll…

Sebetulnya kalau kita lihat, kemacetan Jakarta ini ada hubungannya dengan kemajuan ekonomi, tapi masak iya kita macet macetan terus… macet memiliki biaya yang cukup besar karena memboroskan energy , biaya, opportunity. Sebaiknya kita melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi kemacatan tanpa mengurangi dorongan pemerintah melakukan kebijakan yang fair untuk mengurangi kemacetan.

Ingat ya.. kebijakan yang fair..! Seperti misalkan mengoptimalkan Busway, meneruskan project MRT,  bukan membela parkir gedung dan asosiasi mobil. Menurut saya menaikkan biaya parkir menjadi berlipat kali itu adalah upaya korupsi yang terang-terangan. Kita tahu itu kontra produktif dan sangat membela lobi dari kelompok kecil tertentu.

Peran Produk Baru

Pada saat ini, sudah ada lebih dari 1500 SKU (stok keeping unit) shampoo yang tersedia dipasar, lebih dari cukup untuk untuk memenuhi, segala jenis kebutuhan rambut di seluruh Indonesia.

Tetapi kita tahu bahwa produk baru shampoo masih bermunculan, dan sebagai sesama pemasar, kita tentunya tahu bahwa produk shampoo yang baru itu, sedikit sekali (mungkin malah tidak ada) perubahannya in term of ingredient produknya.

More

Dukungan untuk pesta blogger-2010

Masih mengenai pesta Blogger 2010, ternyata saya mendapatkan khabar bahwa US embassy (kedutaan besar Amerika) sudah tiga tahun ini merupakan salah satu sponsor dari pesta blogger ini, beberapa perusahaan lain yang juga merupakan sponsor diantaranya adalah Accenture dan juga Acer Indonesia.

Perlu dicatat, meskipun dilakukannya di gedung Epicentrum, rupanya pesta blogger ini tidak mendapatkan bantuan financial dari group Bakrie seperti yang disangka banyak orang.

More

Pesta blogger 2010

Tahun ini pesta blogger diadakan di Epicentrum Kuningan, sayapun sempat berkunjung untuk melihat lihat, ternyata yang datang cukup banyak, kalau dari daftar tamu yang saya sekilas lihat, lebih dari 1000 orang mendaftar pada event ini.

Sungguh menarik melihat bagaimana para blogger (yang usianya rata rata masih muda) berkumpul disini. Kenapa mereka berkumpul, bukankah mereka sangat cukup fasih masalah per-internet-an, tak cukupkah online forum, email, twitter atau Face Book?

Dan saya pun berbincang dengan seseorang peserta, apa motivasinya datang ke pesta blogger ini. Diapun menjawab ada beberapa hal yang menyebabkan dia mendatangi Pesta ini:

More